• Agenda berikutnya :
  • 00hari
  • 00Jam
  • 00menit
  • 00Detik

Bersama Orang Yang Dicintai

23 Sep 20

Bersama Orang Yang Dicintai

oleh : Ustadz H.Hadi Mujiono |

Seorang A'raby datang kepada Rasulullah dan bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu ada orang mencintai sesuatu kaum, tetapi ia belum pernah dapat menyamai amalan mereka?”

Nabi menjawab:

الْمرْءُ مع منْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِيامةِ

"Seseorang itu beserta orang yang dicintainya pada hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi)

Hadits yang kurang lebih redaksinya sama juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Ibnu Masud. Juga sejalan dengan sebuah hadits riwayat Tabrani dari Ali, Nabi bersabda:

وَلَا يُحِبُّ رَجُلٌ قَوْمًا إِلَّا حُشِرَ مَعَهُمْ

“Seseorang tidak akan mencintai suatu kaum kecuali akan dikumpulkan bersama mereka.”

Apa yang dimaksud “mencintai seseorang”? Atau, cinta seperti apakah yang bisa membuat seseorang bersama orang yang dia cintai pada hari Kiamat?

Pertama, mencintai karena faktor agama. Mencintai seseorang atau golongan karena kesalihan atau ketaatannya pada Allah. Cinta seperti ini dapat membawanya berkumpul dengan orang yang dicintainya kelak di akhirat. Cinta kepada Rasulullah akan membawa pada pertemuan dan bahkan kebersamaan dengan beliau di surga. Demikian halnya cinta kepada ulama, kiyai, ustadz, dan orang-orang salih, semata-mata karena kesalihan dan agamanya.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ada seseorang bertanya kepada Nabi tentang kapan datangnya hari kiamat. Beliau malah bertanya balik kepada orang tersebut, “Apa yang sudah engkau siapkan untuknya?” Ia menjawab, “Tidak ada, kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian Nabi pun bersabda, “Engkau bersama dengan siapa yang engkau cintai.”

Anas bin Malik merasa tidak ada kegembiraan yang lebih besar selain pada saat mendengar ucapan dari Rasulullah tersebut. “Sungguh aku mencintai Nabi, Abu Bakar dan Umar dan berharap agar aku bisa bersama mereka (di akhirat kelak) disebabkan cintaku terhadap mereka, walaupun aku tidak beramal seperti amalan mareka.”


Kedua, menghendaki adanya bukti perbuatan. Sebagai konsekuensi dari mencintai seseorang adalah berusaha meneladani dan meniru perbuatan orang yang dicintai tersebut. Misalnya, orang yang mencintai Nabi, harus ada usaha meneladani perbuatan beliau. Harus ada bukti dan usaha. Perbuatan itu yang akan mengantarkannya masuk surga bersama Nabi.

Imam Hasan Al-Bashri seperti dikutip dalam kitab An-Nafais Al-'Uluwiyyah (hal. 44) beliau pernah berkata:

"Janganlah kalian tergiur atau terlena dengan hadits 'seseorang akan dikumpulkan di akhirat bersama orang-orang yang ia cintai'! Karena mereka orang Yahudi dan Nasrani pun cinta Nabi-Nabi mereka, tapi sama sekali mereka tidak akan bersama nabi-nabi mereka di akhirat kelak. Maka bekerjalah sebagaimana orang yang kalian cinta itu bekerja".

Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadits Anas bin Malik :

وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ

“Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di Surga” (HR. Tirmidzi)

Tanda dan bukti cinta kepada Nabi adalah dengan mengikuti dan menghidupkan sunnah-sunnah beliau. Kualitas kecintaan seperti itu yang akan mengantarkan seseorang bersama Nabi di surga. Cinta yang tidak diikuti dengan usaha perbuatan adalah cinta palsu belaka.

Hal ini seperti yang diminta oleh Rasulullah ketika sekelompok orang datang dan berkata kepada beliau: “Demi Allah, Wahai Muhammad! Kami sungguh mencintaj Tuhan kami.” Lalu turunlah Surat Ali Imran ayat 31.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.` Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran:31)

Kecintaan kepada Allah adalah nomor satu dan di atas segala-galanya. Dan itu harus dibuktikan dengan mencintai, mengikuti dan meneladani Rasulullah. Dan juga mencintai dan meledani orang-orang yang taat kepada Allah dan mencintai Rasulullah.

Dengan kata lain, Nabi menganjurkan kita untuk berteman dengan orang baik. Mencintai dan mengidolakan orang salih. Sebaliknya, tidak berteman, tidak mencintai apalagi mengidolakan orang yang tidak baik dan tidak salih.

Mencintai orang yang taat pada Allah itu sudah mendapat pahala. Mencintai mereka dan meniru perbuatan mereka akan membuat kita dikumpulkan di surga bersama mereka. Wallahu a’lam.

(Hadi Mujiono)

  • H. Hadi Mujiono
  • Bagikan :

Tentang : H. Hadi Mujiono

Bagian ini akan diisi dengan riwayat singkat Ust. H. Hadi Mujiono ... .... .....

Komentar