• Agenda berikutnya :
  • 00hari
  • 00Jam
  • 00menit
  • 00Detik

Jaga Nama Baik Orang Tua

10 Dec 24

Jaga Nama Baik Orang Tua

"JAGA nama baik orang tua...ya nak."
Sebuah kalimat yang sering kali diucapkan orang tua kepada anak-anaknya.
Pesan agar anaknya pandai bergaul, tetap sopan dan menjaga budi pekerti yang luhur.

Sebab jika anaknya melanggar moral dan melakukan kejahatan, yang malu bukan hanya si anak itu sendiri, tapi juga orang tuanya. Seakan orang tua tak mampu mendidik anaknya tentang moral dan norma yang benar.
"Jaga nama baik orang tua...ya nak".

Kalimat inilah yang membuat seorang anak menua di jalan yang lurus. Menjadi dewasa dan memiliki keluarganya sendiri. Lalu secara berantai pesan ini disampaikan kembali kepada anak-anaknya.
Kalimat yang sesungguhnya bukan sekedar menjaga nama baik orang tua, tapi pesan untuk kebaikan dan kebahagiaan anak itu sendiri. Wasiat yang perlu dijaga, baik ketika orang tuanya masih hidup mau pun sudah tiada.

Kini pesan itu tak lagi bertuah. Banyak anak yang tanpa malu memamerkan kerusakan akhlaqnya di khalayak ramai dan media sosial.
Ada anak yang joget-joget pamer aurat di media sosial, padahal ibunya berjilbab menutup aurat.
Ada anak yang mabuk dan teler mengganggu lingkungan, padahal ayahnya banting tulang mencari nafkah.
Ada anak yang mencibir nasehat orang tuanya dengan sebutan "nasehat ketinggalan jaman dan picik", padahal nanti kalau sudah berkeluarga ia akan menasehati anaknya dengan kalimat yang sama.
Ada anak yang....ahh terlalu banyak contohnya.


Bahkan ada anak yang tertangkap korupsi, padahal ibu yang mengandungnya selalu mengajarkan kejujuran.
"Jaga nama baik orang tua... ya nak."

Sebuah pesan yang tak lagi ampuh menjaga moralitas sebagian anak-anak bangsa di zaman sekarang.
Bukankah tak menjaga nama baik orang tua menyakiti perasaan orang tuanya melebihi perkataan "ah" dalam Al Qur'an?

“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Qs. 17 ayat 23)

Tak mengertikah sang anak?
Betapa ibunya yang sudah renta meneteskan air mata di dalam speechless-nya
Betapa ayahnya yang sudah ringkih terluka di dalam dadanya
Betapa orang tuanya yang sudah tiada menangis di dalam kuburnya?

By. Satria hadi lubis

  • Ust. Satria Hadi Lubis
  • shl
  • Bagikan :

Tentang : Ust. Satria Hadi Lubis

Drs. H. Satria Hadi Lubis,.MM.MBA adalah penceramah, trainer dan penulis yang berfokus pada bidang life skills, ketahanan keluarga dan dakwah. Tulisannya tersebar di berbagai media sosial, di antaranya sudah dibukukan dalam 17 buah buku. Beberapa judul bukunya : Breaking The Time, Burn Your Self, Menjadi Murobbi Sukses dan Menggairahkan Perjalanan Halaqoh.

Satria Hadi Lubis telah berbicara di berbagai tempat dan organisasi dengan lebih dari 25.000 jam untuk membangkitkan motivasi hidup, meningkatkan harmonisasi keluarga dan produktivitas dakwah. Pernah juga muncul di LA TV (sekarang TV ONE) sebagai pengasuh dan pengisi acara tetap kuliah subuh.

Beliau juga pernah dua kali mengikuti pendidikan S3 walau tidak sampai lulus. Dan saat ini menjadi dosen di PKN STAN semenjak tahun 1998.

Sekarang ini beliau dikarunia 8 orang anak (4 putra, 4 putri) dan seorang istri bernama, Kingkin Anida. Tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Satria Hadi Lubis dapat dihubungi di nomor HP : 0813-16444034. Fb : Satria Hadi Lubis.

Komentar