Ciri Anak Sholih Hanya Tiga
By. Satria hadi lubis
Sebenarnya ciri anak yang sholih hanya tiga.
Pertama, Mendoakan kedua orang tuanya.
Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw, "Ketika manusia mati maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang (selalu) mendoakan orang tuanya" (HR. Muslim).
Pada hadits tersebut, Rasulullah saw menyebutkan ciri anak sholih selalu mendoakan kedua orang tuanya. Tidak mungkin ada anak sholih yang luput untuk mendoakan kedua orang tuanya, baik ketika orang tuanya masih hidup atau pun sudah lama meninggal.
Minimal ia mendoakan orang tuanya setiap habis sholat dengan doa yang sudah diajarkan kepadanya sejak kecil :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَلِوَ الِدَىَّ وَارْ حَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَا نِى صَغِيْرًا
“Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, serta kasihilah mereka seperti mereka mengasihiku waktu kecil.”
Apalagi jika orang tuanya sudah meninggal. Mereka sangat menantikan doa dari anak-anaknya, untuk meringankan kesepian dan kesusahan mereka di alam kubur.
Ciri kedua, Teguh beriman.
Ciri kedua anak sholih adalah teguh beriman sesuai dengan kisah pemuda Ashabul Kahfi di surat Al Kahfi ayat 13 :
نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى
"Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang (teguh) beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka."
Anak sholih yang teguh beriman berarti anak yang mau melanjutkan estafeta perjuangan para nabi, kakek nenek dan ayah ibunya dalam berdakwah dan meninggikan Kalimatullah. Tidak sudi mengganti iman dengan kekafiran walau harus mengorbankan jiwa dan raga seperti kisah pemuda Ashabul Kahfi.
Anak yang sholih tetap teguh beriman sampai maut menjemputnya, sehingga ia bisa tetap berkumpul dengan keluarga besarnya di surga kelak.
"(yaitu) surga-surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang shalih dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu" (Qs. Ar-Ra'd, Ayat 23).
Ciri ketiga, Bermanfaat untuk orang lain.
Hal ini sesuai hadits yang populer dan umum diketahui, "Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat bagi manusia lainnya" (HR. Ahmad dan Thabrani).
Anak yang sholih selalu membantu orang lain, terutama membantu kedua orang tuanya yang masih hidup di usia senja mereka.
Mereka bisa berkontribusi apa saja di masyarakat sesuai dengan bakatnya masing-masing, asalkan itu halal dan thoyyib. Tidak ada pekerjaan yang rendah selama hal tersebut memberikan manfaat bagi orang lain.
Untuk menjadikan anak kita menjadi anak yang sholih, maka kita sebagai orang tua harus mengutamakan tiga ciri di atas dalam mendidik anak. Selalu mengingatkan dan memberi teladan kepada anak bahwa kita sebagai orang tua juga selalu mendoakan kedua orang tua kita (kakek nenek dari anak-anak kita). Teguh dalam iman dan selalu memberikan manfaat bagi orang lain.
Jadi, bukan anak yang kaya, berpangkat atau populer yang menjadi ciri anak yang sholih. Bukan pula nilainya di sekolah yang hebat atau prestasinya dalam berbagai kejuaraan. Semua itu hanya ukuran sekunder bukan ukuran primer dalam menilai anak yang sholih, sehingga kita tidak usah galau jika anak kita belum kaya, tidak berpangkat, tidak populer bahkan menempati rangking nomor satu dari bawah di sekolahnya.
Selama ia masih rutin mendoakan kedua orang tuanya, teguh dalam iman dan selalu bermanfaat bagi orang lain maka kita bisa bangga bahwa anak kita adalah anak yang (tetap) sholih.
Wallahu'alam.
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar