Beda Ikhlas dengan Rela
By. satria hadi lubis
Di sebuah pengajian, saya ditanya adakah perbedaan antara ikhlas dengan rela (tulus)?
Saya jawab, ada perbedaannya. Ikhlas itu artinya berniat melakukan sesuatu semata-mata karena Allah. Sedang rela artinya melakukan sesuatu dengan senang dan tanpa paksaan, serta belum tentu karena Allah.
Orang yang rela belum tentu ikhlas. Misalnya, ketika seseorang mentraktir temannya dengan senang hati tapi niatnya untuk mempererat pertemanan semata. Tidak dihubungkan dengan perintah Allah untuk melakukan silaturahim.
Sebaliknya, ada juga orang yang ikhlas tapi tidak (belum) rela. Misalnya, seorang anak muda yang melakukan sholat subuh dalam kondisi mengantuk tapi dipaksakan juga untuk bangun. Ia tidak rela, karena memaksa diri untuk bangun, namun ia ikhlas karena melakukannya dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Dalil ikhlas yang model begini adalah al Qur'an surat at Taubah ayat 41 : "Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui".
Lalu ada juga orang yang tidak rela dan tidak ikhlas. Ini misalnya ketika kita bekerja untuk sesuatu yang tidak disenangi, tapi harus dikerjakan untuk mendapatkan uang.
Kesimpulannya, sebaik-baiknya amal adalah yang dilakukan dengan ikhlas dan rela (tulus). Contohnya, sholat subuh yang sudah menjadi kebiasaan, maka akan dilakukan dengan senang hati (rela) dan ikhlas (semata-mata melaksanakan perintah Allah swt). Inilah yang disebut Allah 'ajja wa jalla dalam al Qur'an surah al Bayyinah ayat 5 : "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)."
Jadi sebaik-baiknya perbuatan adalah yang ikhlas dan rela (tulus). Sebab dapat pahala dan dilakukan dengan senang hati (tidak terpaksa). Sebaliknya, seburuk-buruk perbuatan adalah yang tidak ikhlas dan tidak rela. Hal itu karena kita tidak mendapatkan pahala dan terpaksa, yang akan menjadi penyesalan disebabkan waktu berlalu tanpa tabungan pahala. Wallahu'alam.
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar