• Agenda berikutnya :
  • 00hari
  • 00Jam
  • 00menit
  • 00Detik

Kemana Orientasimu ?

21 Feb 25

Kemana Orientasimu ?

Dengan bercita-cita dan berorientasi (ittijah) kepada akhirat, maka Allah Ta’ala akan membantu dan memudahkan urusanmu. Akhirat akan didapat dan dunia pasti dapat. Ibarat menanam padi (akhirat) pasti diikuti tumbuhnya rumput (dunia).
Sedangkan kalau cita-cita hanya dunia, maka kamu hanya mendapatkan dunia, dan di akhirat menjadi orang yang rugi besar. Tanam rumput tak akan diikuti tumbuhnya padi.

Allah Ta’ala berfirman,
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat maka akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia maka akan Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat” (Qs. Asy-Syura : 20).
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى


“Akan tetapi, kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (Qs. Al-A’laa: 16–17).

Banyak yang bertanya “Bagaimana contoh beramal dengan orientasi (ittijah) akhirat ?”
Jawabannya banyak sekali :
Ketika engkau berdakwah dan berkorban untuk kejayaan Islam (kebaikan kemanusiaan), maka engkau berarti ittijah-nya akhirat.
Ketika engkau tak silau dengan godaan dunia, seperti melakukan korupsi, mengkhianati jabatan atau bermaksiat dengan wanita (pria) dan bersedia hidup cukup bahkan berkekurangan, karena takut nanti susah bertanggung jawab di hari hisab, maka engkau berarti ittijah (orientasi)nya akhirat

Ketika engkau bekerja karena ingin menikah, karena ingin menafkahi keluarga, ingin membantu keluarga yang tidak mampu, ingin berhaji, ingin banyak bersedekah seperti si fulan, ingin membangun dua rumah sakit Islam, ingin menyantuni seratus anak yatim, dan seterusnya. Asalkan dilakukan dengan ikhlas, maka semua itu bisa dikatakan beramal untuk orientasi akhirat.

Ada kisah menarik di zaman tabiut tabi’in. Seorang ulama besar bernama Abdullah bin al-Mubarak, seorang ulama ahli hadits sekaligus seorang pedagang yang berhasil. Beliau rahimahullah ditanya oleh Fudhail bin Iyadh, “Engkau selalu mengajari kami untuk zuhud terhadap dunia, tetapi aku lihat engkau sibuk berdagang di pasar-pasar.”

Abdullah bin al-Mubarak menjawab bahwa dia bersemangat berdagang karena ingin menanggung nafkah ulama-ulama ahli hadits, agar para ulama tersebut tetap fokus mengajar ilmu hadits dan tidak sibuk bekerja. Alasannya, kalau mereka sibuk bekerja, mereka tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk mengajarkan al hadits” (Kisah itu disebutkan oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A’alam an-Nubala’, pada biografi Abdullah bin al-Mubarak).

Lihatlah betapa indahnya cita-cita beliau, dan betapa Allah Ta’ala membuktikan janjinya.

Beliau rahimahullah justru sukses dalam berdagang, menjadi pengusaha kaya, namun tetap zuhud terhadap dunia, yaitu tidak meletakkan dunia di hatinya. Dunia hanya sarana, bukan tujuan, hartanya sebagian digunakan membantu ulama-ulama hadits dalam menjaga risalah Nabi saw. Beliau mengerti hakikat kehidupan dunia yang fana, dunia hanyalah wasilah (sarana) untuk kebahagiaan akhirat.

"Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?" (Qs. Al An'am ayat 32).

By. Satria hadi lubis

  • Ust. Satria Hadi Lubis
  • shl
  • Bagikan :

Tentang : Ust. Satria Hadi Lubis

Drs. H. Satria Hadi Lubis,.MM.MBA adalah penceramah, trainer dan penulis yang berfokus pada bidang life skills, ketahanan keluarga dan dakwah. Tulisannya tersebar di berbagai media sosial, di antaranya sudah dibukukan dalam 17 buah buku. Beberapa judul bukunya : Breaking The Time, Burn Your Self, Menjadi Murobbi Sukses dan Menggairahkan Perjalanan Halaqoh.

Satria Hadi Lubis telah berbicara di berbagai tempat dan organisasi dengan lebih dari 25.000 jam untuk membangkitkan motivasi hidup, meningkatkan harmonisasi keluarga dan produktivitas dakwah. Pernah juga muncul di LA TV (sekarang TV ONE) sebagai pengasuh dan pengisi acara tetap kuliah subuh.

Beliau juga pernah dua kali mengikuti pendidikan S3 walau tidak sampai lulus. Dan saat ini menjadi dosen di PKN STAN semenjak tahun 1998.

Sekarang ini beliau dikarunia 8 orang anak (4 putra, 4 putri) dan seorang istri bernama, Kingkin Anida. Tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Satria Hadi Lubis dapat dihubungi di nomor HP : 0813-16444034. Fb : Satria Hadi Lubis.

Komentar