Ayah, Pejuang Dalam Diam
By. Satria hadi lubis
Ayah akan melakukan apapun agar kamu, anaknya, berhasil.
Saat kamu merantau untuk kuliah, ayah mendukungmu meski artinya harus ada pengeluaran berkali lipat.
Tapi banyak di antara kamu yang nggak menyadari bahwa tabungan pendidikan buat kamu sekolah nggak sebanyak itu. Tapi orang tuamu lebih mengedepankan keinginanmu, meski artinya ayahmu harus bekerja lebih keras, menghemat dua kali lipat, agar pendidikanmu bisa lancar di tanah perantauan.
Agar tak membuatmu khawatir, ayah selalu bilang ia baik-baik saja, meski ada penyakit yang disembunyikannya.
Sebagai kepala keluarga, ia ingin terlihat tangguh di depan istri dan anak-anaknya. Ayah nggak ingin membuat keluarganya khawatir akan dirinya. Karena ia merasa memiliki tanggung jawab untuk membuat kehidupan keluarganya baik-baik saja.
Ketika ia merasa sakit, ia nggak ingin hal tersebut membuatmu atau ibumu khawatir. Ia lebih memilih untuk menyembunyikannya dan mengatakan kalau ia baik-baik saja. Pun kalau terlihat, ia hanya bilang sakitnya ringan, besok udah sembuh. Padahal mungkin saja ia menderita penyakit berat yang tidak mampu diobati karena biayanya mahal.
Agar tak membuatmu kecewa, ayah diam-diam mencari pinjaman dan mengabaikan malu dan gengsinya. Karena apa? Demi memenuhi keinginanmu yang terkadang melebihi kemampuan ayah.
Ayah sosok yang dalam diamnya berpikir keras untuk membahagiakanmu dengan mengorbankan tubuhnya yang makin lama makin ringkih.
Ayah lebih pintar menutupi pengorbanannya, sehingga kamu menganggap hal itu biasa saja dan memang sudah seharusnya.
Dengan semua pengorbanannya itu, masihkah kamu membuat sedih dengan menyakiti hati ayahmu?
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar