• Agenda berikutnya :
  • 00hari
  • 00Jam
  • 00menit
  • 00Detik

Memupuk Rasa Malu Kepada Allah

10 Dec 25

Memupuk Rasa Malu Kepada Allah

ADA satu perasaan yang jika tumbuh di hati, ia mampu menahan kita dari dosa sekaligus mendorong kita menuju kebaikan. Perasaan itu adalah al-ḥaya’ (rasa malu kepada Allah).
Malu kepada Allah bukanlah kelemahan. Ia adalah kemuliaan hati. Rasa malu kepada Allah bukan membuat seorang muslim minder, tetapi membuatnya terhormat di hadapan Allah.
Mengapa harus malu kepada Allah?
Karena Allah selalu melihat kita. Bahkan ketika tak ada satu pun manusia yang memperhatikan, Allah paling dekat dengan rahasia kita. “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Qs. 49 ayat 18)

Bagaimana mungkin kita berani berbuat yang Allah larang sementara Dia yang memberi kita nikmat, kesehatan, rezeki, dan umur? Tanda-tanda rasa malu kepada Allah :
1. Takut jika Allah kecewa.
Saat hendak bermaksiat, hati langsung bergetar. “Yang aku lakukan ini, layakkah di hadapan Allah?
2. Berhati-hati ketika sendirian.
Mujahadah terbesar adalah menjaga diri ketika tak ada yang melihat, kecuali Allah.
3. Cepat bertaubat setelah salah.
Orang yang punya rasa malu tidak betah berlama-lama dalam dosa
4. Memuliakan syariat.
Ia berusaha menutup aurat, menjaga pandangan, memperbaiki shalat, bukan karena dilihat manusia, tapi karena ingin menjaga kehormatannya di hadapan Allah.

Bagaimana cara memupuk rasa malu kepada Allah?
1. Banyak mengingat nikmat-Nya
Setiap kali menyadari betapa banyak nikmat Allah, seperti mata yang melihat, paru-paru yang bernafas, rezeki yang mengalir, hati akan merasa malu jika digunakan untuk melawan-Nya.
2. Sering membaca Al-Qur’an
Ayat-ayat Allah adalah cermin. Semakin sering membaca al Qur'an, semakin nampak kekurangan diri, dan semakin besar rasa malu untuk bermaksiat.
3. Hadir di majelis ilmu
Majelis taklim atau liqo' membuat hati hidup. Ilmu melahirkan rasa takut, dan rasa takut melahirkan rasa malu.
4. Menjaga momen “sendiri bersama Allah”
Luangkan waktu untuk muhasabah. Diam sejenak sebelum tidur. Tanyakan pada diri: “Apa yang Allah lihat dari diriku hari ini?”
5. Perbanyak doa
Doakan agar Allah menanamkan rasa malu. Karena hati manusia berbolak-balik. Jika tidak dijaga oleh Allah, ia dijaga oleh syaitan, sehingga keras kepala dan tak lagi peka terhadap dosa.
Rasulullah saw bersabda :
“Malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu.” Para sahabat bertanya, "Kami malu, wahai Rasulullah." Beliau menjawab, "Bukan begitu. Malu yang sejati adalah menjaga kepala dan isinya (mata, lisan, pikiran), menjaga perut dan isinya (makanan haram), serta mengingat kematian dan kerusakan (kehancuran jasad)." (HR. Tirmidzi, dari Ibnu Abbas).

Semoga Allah menumbuhkan dalam diri kita rasa malu yang menjadi penjaga dari segala keburukan, dan menjadi pintu menuju kemuliaan diri. Aamiiin yaa robbal 'aalamiin.

By. Satria hadi lubis

  • Ust. Satria Hadi Lubis
  • shl
  • Bagikan :

Tentang : Ust. Satria Hadi Lubis

Drs. H. Satria Hadi Lubis,.MM.MBA adalah penceramah, trainer dan penulis yang berfokus pada bidang life skills, ketahanan keluarga dan dakwah. Tulisannya tersebar di berbagai media sosial, di antaranya sudah dibukukan dalam 17 buah buku. Beberapa judul bukunya : Breaking The Time, Burn Your Self, Menjadi Murobbi Sukses dan Menggairahkan Perjalanan Halaqoh.

Satria Hadi Lubis telah berbicara di berbagai tempat dan organisasi dengan lebih dari 25.000 jam untuk membangkitkan motivasi hidup, meningkatkan harmonisasi keluarga dan produktivitas dakwah. Pernah juga muncul di LA TV (sekarang TV ONE) sebagai pengasuh dan pengisi acara tetap kuliah subuh.

Beliau juga pernah dua kali mengikuti pendidikan S3 walau tidak sampai lulus. Dan saat ini menjadi dosen di PKN STAN semenjak tahun 1998.

Sekarang ini beliau dikarunia 8 orang anak (4 putra, 4 putri) dan seorang istri bernama, Kingkin Anida. Tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Satria Hadi Lubis dapat dihubungi di nomor HP : 0813-16444034. Fb : Satria Hadi Lubis.

Komentar