Banjiri Media Sosial Kita Dengan Pembelaan Islam
By. Satria hadi lubis
AKHIR-AKHIR ini di fyp Tiktok saya berseliweran akun-akun live streaming perdebatan antar agama Islam versus Kristen.
Saya yang dari dulu memang memiliki ketertarikan dengan studi perbandingan agama sangat menikmati perdebatan yang terjadi secara live di Tiktok tersebut.
Terus terang saya kagum dengan para pembela Islam (apaloget Islam?) yang dengan sabar dan dengan pengetahuan mendalam menggunakan Al Kitab (Injil) untuk membuktikan kesalahan teologi ajaran Kristen itu sendiri.
Secara umum, saya kagum dan respek dengan saudara-saudaraku sesama muslim yang dengan gigih, rutin dan sabar terus membela Islam di laman-laman media sosial. Entah itu di Tiktok, Twitter, Instagram, Facebook, dan laman media sosial lainnya.
Memang medan jihad kita sekarang sudah berubah. Tidak lagi hanya wajib berjihad (membela Islam) di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.
Sudah saatnya setiap kaum muslimin saat ini mempunyai waktu rutin setiap hari untuk berjuang membela Islam di media-media sosial.
Setidaknya setiap muslim perlu mempunyai dua akun medsos yang diisi dengan berbagai konten dakwah dan untuk menanggapi berbagai serangan pemikiran oleh para pembenci Islam (kaum Islamophobia) yang kini rajin bersliweran di medsos. Mereka tak henti-hentinya menjelek-jelekkan Islam, Rasulullah saw, dan Al Qur'an, baik secara halus maupun kasar.
Sebagai muslim, sudah barang tentu kita harus memiliki ghiroh (rasa cemburu dan semangat membara) untuk membela Islam di medsos. Biarlah medsos-medsos saat ini "banjir" dengan berbagai konten dakwah dan pembelaan Islam daripada "banjir" dengan berbagai konten kemaksiatan dan kesia-siaan yang tak ada manfaatnya.
Di zaman modern ini, cara kita mendapatkan pahala yang banyak bukan hanya melalui amal sholih di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Yakni dengan lebih sering dan lebih banyak lagi berdakwah di dunia maya sebagaimana sebaliknya, begitu mudahnya seseorang saat ini "memanen" dosa dan maksiat di dunia maya.
Maka singsingkanlah jari-jari kalian...wahai saudara-saudaraku kaum muslimin!
Untuk "membanjiri" dunia maya kita dengan berbagai konten dakwah dan pembelaan terhadap Islam.
Ketahuilah! Jejak digital kita akan "abadi" di dunia maya. Menjadi pahala jariyah yang akan mengalir terus-menerus, walau kita sudah meninggal dunia.
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).
"Apabila seorang anak Adam mati, putuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak saleh yang berdoa untuknya" (HR. Muslim).
Hal ini juga dipertegas dengan penjelasan dari Al-Hafidh Abd Adhim bin Abd Qawiyy al-Mundziriy As-Syafi’i sebagai berikut :
• قال الحافظ عبد العظيم المنذري الشافعي رحمه الله
( ناسخُ العلم النافعِ له أجره وأجر من قَرأَه أو نسخه أو عمل به من بعده، ما بقي خطُّه والعمل به؛ لهذا الحديث وأمثاله، وناسخ غير النافع مِمَّا يوجبُ الإثم، عليه وزرُه ووزرُ من قرأه أو نسخه أو عمل به من بعده، ما بقي خطُّه والعملُ به)
الترغيب والترهيب
"Orang yang menyalin atau mencatat (atau membuat status) ilmu yang bermanfa'at, ia akan mendapatkan pahalanya, juga mendapatkan pahala orang yang membacanya, pahala orang yang men-share kembali, dan pahala orang yang mengamalkannya, selama tulisannya masih ada dan diamalkan, karena berdasar pada hadits di atas dan yang semisalnya.
Sebaliknya, orang yang menyalin atau mencatat atau nyetatus apapun yang tak bermanfa'at serta berdosa, ia pun menanggung dosanya, juga menanggung; dosa orang yang membacanya, dosa orang yang men-share kembali, dosa orang yang mengamalkannya, selama tulisannya masih ada dan diamalkan" (At-Targhib wat Tarhib).
Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir.
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar