Cara Menghancurkan Sebuah Bangsa
Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:
- Hancurkan tatanan keluarga.
- Hancurkan pendidikan.
- Hancurkan keteladanan dari para tokoh dan ulama.
Untuk menghancurkan keluarga caranya dengan mengikis peran ibu-ibu agar sibuk dengan dunia luar. Kalau pun ada di rumah, lebih sibuk dengan hapenya, sinetron dan film serial.
Para ibu akan lebih bangga menjadi wanita karir ketimbang ibu rumah tangga dengan dalih kemandirian dan emansipasi.
Kedua, pendidikan bisa dihancurkan dengan cara mengabaikan peran guru.
Kurangi penghargaan terhadap mereka, alihkan perhatian mereka sebagai pendidik dengan berbagai macam kewajiban administratif, dengan tujuan materi semata, hingga mereka abai terhadap fungsi utama sebagai pendidik, sehingga semua siswa/mahasiswa meremehkannya.
Buat kurikulum yang lebih mengarah kepada pendidikan sekuler dan membanggakan gelar, tapi lupa kepada agama dan moralitas, sehingga lahir orang-orang pintar yang miskin moral.
Ketiga, untuk menghancurkan keteladanan para tokoh masyarakat dan ulama adalah dengan cara melibatkan mereka ke dalam politik praktis yang berorientasi uang dan jabatan semata, sehingga tidak ada lagi orang pintar yang patut diteladani. Bukan berarti mereka tidak boleh berpolitik praktis, tetapi harus ikhlas dan mampu menahan diri dari godaan duniawi.
Akhirnya, tidak ada lagi orang yang mau mendengarkan perkataannya. Tokoh masyarakat dan ulama dirusak citranya, sehingga menjadi bulan-bulanan untuk diejek setiap hari. Semua jargon kebaikan yang diucapkan mereka menjadi kehilangan makna. Lalu masyarakat kehilangan pemimpinnya yang berintegritas dan mau melayani masyarakat tanpa pamrih.
Apabila ibu rumah tangga sudah hilang, para guru yang ikhlas lenyap dan para tokoh serta ulama yang menjadi panutan sudah sirna, maka siapa lagi yang akan mendidik generasi bangsa dengan nilai-nilai luhur?
Itulah awal kehancuran yang sesungguhnya. Saat itulah kehancuran bangsa akan terjadi, sekalipun tubuhnya dibungkus oleh pakaian mewah, bangunan fisik yang megah, dan dibawa dengan kendaraan yang mewah.
Semuanya tak akan berarti apa apa, rapuh dan lemah tanpa jiwa yang tangguh.
*dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2023
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar