• Agenda berikutnya :
  • 00hari
  • 00Jam
  • 00menit
  • 00Detik

Kecanduan Kekayaan

20 Mar 23

Kecanduan Kekayaan

By. Satria hadi lubis.

Menurut Wikipedia, kecanduan atau ketagihan adalah saat tubuh atau pikiran kita menginginkan sesuatu secara terus menerus, sehingga kehilangan kontrol bahkan bisa membinasakan diri sendiri. Biasanya hal ini merujuk pada rasa suka yang terlalu dan didorong oleh keinginan yang kuat atau kegemaran berlebihan terhadap suatu hal. Dampaknya, kita terus menerus gelisah jika yang dikehendaki tersebut belum terpenuhi.

Bentuk kecanduan bisa beragam. Ada kecanduan narkoba, pornografi, hape, game, rokok, alkohol, dan lain-lain.

Dengan viralnya berita akhir-akhir ini tentang maraknya korupsi dan banyaknya mereka yang pamer harta (flexing), kita makin sadar bahwa ada satu jenis kecanduan yang sama bahayanya dengan kecanduan lainnya, yaitu KECANDUAN KEKAYAAN.

Orang yang kecanduan kekayaan biasanya dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungannya yang buruk, sehingga pola pikirnya menjadi sesat terhadap makna kekayaan (materi).

Ciri-ciri mereka yang kecanduan kekayaan antara lain :

1. Cenderung bersifat pragmatis dan hedonis, bukan idealis.

2. Kurang bersyukur terhadap apa yang dimilikinya saat ini, terutama dalam hal kekayaan.

3. Suka mengeluh dan berkeluh kesah tentang kondisi ekonominya.

4. Susah hidup sederhana dan suka berkhayal untuk menjadi orang kaya.

5. Cenderung serakah dan pelit, sehingga empatinya untuk membantu orang lain sangat kurang.

6. Ingin memuaskan berbagai keinginan materinya dan susah untuk merasa cukup jika sekedar memenuhi kebutuhannya.

7. Mudah tergoda dan tertipu dengan berbagai tawaran uang dan materi, walau tawaran itu tidak logis dan menghalalkan segala cara.

8. Merasa dirinya kurang bahagia jika tidak punya uang dan yakin hanya uang yang bisa membuat ia bahagia.

9. Beribadah dan berdoa dengan tujuan agar bisa kaya. Bukan untuk mencari ridho Allah dan keberkahan hidup.

10. Jika berbicara atau mengobrol dengan siapa saja lebih banyak membahas tema kekayaan dan materi.

Semakin banyak ciri-ciri di atas ada pada diri seseorang, maka semakin akut kecanduan kekayaan yang dideritanya. Dan semakin sulit ia untuk bersyukur serta menikmati kebahagiaan hidup.

Allah SWT berfirman : "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia kecintaan terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan bagi Allah-lah tempat kembali yang baik. Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa tersedia bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridla Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya(Qs. Ali ‘Imran ayat 14-15).

Dalam sebuah hadits disebutkan : "Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari kalian. Akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah bila kalian telah dilapangkan harta dunia sebagaimana telah dilapangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian bersaing memperebutkannya sebagaimana mereka bersaing memperebutkannya sehingga harta dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada umumnya, seorang ayah di akhir hayatnya sangat mengkhawatirkan kemiskinan pada anak-anaknya. Tapi tidak dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibarat ayah bagi umatnya, beliau sama sekali tidak mengkhawatirkan kemiskinan dan kefakiran pada umatnya. Padahal beliau sangat mencintai umatnya. Yang beliau khawatirkan justru sebaliknya. Rasulullah mengkhawatirkan kekayaan dan kelapangan harta pada umatnya.

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa hal itu disebabkan mudarat kemiskinan lebih ringan daripada mudarat kekayaan. Bahaya yang ditimbulkan kemiskinan pada umumnya berkaitan dengan keduniaan saja. Sedangkan bahaya yang diakibatkan kekayaan biasanya berkaitan dengan agama. Mudarat dalam agama jelas lebih bahaya daripada mudarat keduniaan.

Namun bukan berarti Islam melarang seseorang menjadi kaya. Yang dilarang adalah KECANDUAN TERHADAP KEKAYAAN seperti yang cirinya disebutkan di atas, sehingga orang tersebut secara sadar atau tidak sadar telah membinasakan dirinya sendiri. Wallahu'alam.

Tentang : Ust. Satria Hadi Lubis

Drs. H. Satria Hadi Lubis,.MM.MBA adalah penceramah, trainer dan penulis yang berfokus pada bidang life skills, ketahanan keluarga dan dakwah. Tulisannya tersebar di berbagai media sosial, di antaranya sudah dibukukan dalam 17 buah buku. Beberapa judul bukunya : Breaking The Time, Burn Your Self, Menjadi Murobbi Sukses dan Menggairahkan Perjalanan Halaqoh.

Satria Hadi Lubis telah berbicara di berbagai tempat dan organisasi dengan lebih dari 25.000 jam untuk membangkitkan motivasi hidup, meningkatkan harmonisasi keluarga dan produktivitas dakwah. Pernah juga muncul di LA TV (sekarang TV ONE) sebagai pengasuh dan pengisi acara tetap kuliah subuh.

Beliau juga pernah dua kali mengikuti pendidikan S3 walau tidak sampai lulus. Dan saat ini menjadi dosen di PKN STAN semenjak tahun 1998.

Sekarang ini beliau dikarunia 8 orang anak (4 putra, 4 putri) dan seorang istri bernama, Kingkin Anida. Tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Satria Hadi Lubis dapat dihubungi di nomor HP : 0813-16444034. Fb : Satria Hadi Lubis.

Komentar