Menikah Diam-diam
By. Satria hadi lubis.
Saya termasuk yang tidak setuju jika seorang suami menikah lagi dengan cara diam-diam (sirri) dan diawali dengan kebohongan. Padahal berbohong diawal akan diikuti dengan berbohong berikutnya untuk menemui istri sirrinya secara diam-diam. Dosa berbohong berkali-kali akan membuat si pelaku dicatat sebagai pembohong sejati, sehingga berhak masuk neraka. Rasulullah saw bersabda: "..Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (pembohong)" (HR. Bukhari).
Biasanya suami yang menikah diam-diam, 90 persen diawali oleh perselingkuhan, mulai dari selingkuh hati sampai selingkuh kelamin. Ini berarti sudah mengawali sesuatu yang suci (pernikahan) dengan maksiat. Padahal Allah berfirman: "Janganlah engkau mendekati zina" (Qs. 17 ayat 32). Wajar jika isterinya marah dengan pernikahan diam-diam tersebut karena diawali dengan perselingkuhan (tidak setia).
Jika seorang suami tidak bisa memberikan pemahaman kepada istrinya untuk bersedia dipoligami, maka ia sebenarnya ditakdirkan Allah untuk tidak berpoligami. Bersyukur sajalah dengan satu istri.
Jika masalahnya di syahwat, tahanlah sebentar. Toh hidup di dunia ini hanya singkat. Hanya 60 tahun saja, yang sebanding dengan 1,5 jam dalam hitungan waktu hakikat di sisi Allah (lihat surat 22 ayat 47). Mosok sabar sebentar aja gak bisa?!
Gimana caranya menahan syahwat? Jawabannya klasik, banyak ibadah, dakwah, puasa, memperbaiki pola hubungan seksual dengan istri, dan lain-lain.
Jangan "menjebak" isteri dengan menikah dulu baru bagaimana nanti kalau ketahuan. Lalu meminta isteri menerima apa yang sudah terjadi dengan alasan takdir, walau istrinya tetap tidak menerima. Atau mengancam istri jangan menentang ayat Allah tentang poligami padahal itu cara ngeles karena ketahuan.
Bukankah Allah mengisyaratkan takdir seseorang itu dengan halangan dan kemudahan yang diterimanya? Apalagi jika istrinya kemudian marah karena suaminya ketahuan poligami diam-diam, lalu terpaksa menerima dengan alasan takdir, tapi hubungan tidak lagi hangat, lalu muncul pertengkaran berulang-ulang dalam sisa perjalanan pernikahan, yang akhirnya ada yang bercerai, bukankah itu pertanda Allah sebenarnya mentakdirkan suami tersebut untuk monogami saja?
Wahai para suami...janganlah engkau "memaksa" Allah untuk memindahkan takdirmu yang baik menjadi takdirmu yang buruk.
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar