Pamer Harta
By. Satria Hadi Lubis.
KASUS pamer harta yang dilakukan oleh seorang anak pejabat pajak menyita perhatian kita semua. Kalau kita telusuri memang banyak sekali akun media sosial yang isinya orang memamerkan harta. Entah itu dilakukan oleh yang bersangkutan, istrinya atau anak-anaknya.
Dalam Islam sendiri jelas hukumnya bahwa memamerkan harta hukumnya haram, karena termasuk perbuatan riya.
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Qs. Luqman ayat 18).
Secara sosial, pamer harta juga menimbulkan kecemburuan sosial. Menunjukkan orang tersebut kurang peduli dan tidak empati terhadap kebanyakan orang yang hidupnya masih pas-pasan, bahkan fakir.
Bukan berarti seorang muslim tidak boleh kaya, bahkan kekayaan adalah barokah bila didapatkan dan disalurkan secara halal. Namun kekayaan seorang muslim mestinya disumbangkan untuk perjuangan dakwah dan kebaikan lainnya, bukan untuk dipamerkan.
Jadi kaya boleh, tapi bermewahan tidak boleh. Sebab mewah berarti membeli sesuatu sesuai keinginan syahwat dan biasanya untuk pamer, bukan untuk memenuhi kebutuhan.
Jika ada yang bertanya apa ukuran bermewahan? Jawabannya tergantung lingkungan. Di Arab Saudi misalnya, rata-rata mobil penduduknya adalah sekelas Alphard atau BMW karena pendapatan per kapitanya disana tinggi. Tapi di Indonesia, punya Alphard atau BMW sudah termasuk kemewahan karena pendapatan per kapita penduduk Indonesia masih rendah.
Namun sebaik-baiknya muslim terkait dengan pengelolaan kekayaan adalah mencontoh kepada Baginda Nabi Besar Muhammad saw. Beliau jika punya harta berlebih langsung disedekahkan, sehingga beliau terbiasa hidup sederhana. Rumah beliau sederhana, perabotan rumahnya sederhana, pakaiannya juga sederhana. Padahal beliau lebih mulia daripada raja dan presiden, tapi gaya hidupnya sederhana (zuhud). Bahkan beliau saw wafat dalam keadaan tidak meninggalkan harta warisan. Beliau saw memang memiliki kuda terbaik, pedang terbaik dan baju perang terbaik, tapi itu semuanya dalam rangka memenangkan jihad di jalan Allah SWT.
Oleh sebab itu, jika ada di antara muslim yang hidupnya suka pamer harta dan bermewahan seharusnya MALU kepada Rasulullah saw yang namanya ia sebut dalam sholatnya, serta syafa'atnya ia rindukan kelak di yaumul qiyamah.
Cukuplah surat di bawah ini sebagai peringatan tentang haramnya hidup mewah dan memamerkan harta.
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)" (Qs. At Takatsur ayat 1-8).
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar