Sedih Sekarang, Insya Allah Bahagia di Masa Datang
By. satria hadi lubis
Hari-hari ini banyak orang tua yang akan melepaskan anaknya untuk kembali masuk pesantren atau bahkan pertama kali mengantarkan anaknya masuk pesantren.
Suasana yang mengharukan muncul di mana-mana. Berpisah dengan anak dan akan jarang bertemu dengan anak adalah berat bagi kebanyakan orang tua. Jauh lebih berat dari kesedihan yang dirasakan anaknya. Sebab kasih orang tua sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
Hanya bedanya anak lebih ekspresif, bisa menunjukkan dengan tangisannya. Tapi orang tua mampu menahan ekspresi tangisnya.
Orang tua yang menitipkan anaknya ke pesantren bukanlah orang tua yang "membuang" anaknya. Ini pikiran keliru dari orang-orang yang tidak senang dengan pendidikan pesantren. Tidak senang dengan bagaimana Islam mengajarkan secara turun temurun dari zaman ulama salaf sampai sekarang cara mendidik anak menurut Islam.
Justru yang terjadi sebaliknya. Orang tua yang menitipkan anaknya di pesantren adalah orang tua yang bervisi jauh ke depan. Ingin melihat anaknya kelak menjadi pecinta Al Qur'an dan menjadi anak-anak yang sholeh. Menjadi pembela Islam di garda terdepan dan mewariskan pengetahuan Islam kepada generasi selanjutnya.
Orang tua yang menitipkan anaknya di pesantren rela mengorbankan perasaan rindunya kepada anak. Sedih sebenarnya tidak lagi rutin ketemu anak yang dicintainya.
Bukan itu saja, di antara orang tua yang menitipkan anaknya di pesantren juga harus berjibaku mendanai biaya anaknya di pesantren. Kepala menjadi kaki, kaki menjadi kepala. Demi untuk melihat anaknya tersenyum kelak BAHAGIA karena menjadi anak sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.
Selamat membina diri anak-anakku di pesantren-pesantren di seluruh penjuru negeri. Jemputlah kelak ibu bapakmu di surga dengan mahkota al Qur'an-mu.
Sungguh kami rela bersedih-sedih sekarang untuk kebahagiaanmu kelak. Insya Allah!
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar