Tertipu
Pada mulanya seorang mencari Allah, mendekat pada Allah, haus dan rindu mendengar suara Allah.
Sejalan dengan itu, kehidupannya mendapatkan nikmat dari Allah. Dan Allah melimpahinya dengan apa yang menyenangkan hatinya.
Tetapi lama kelamaan, rasa haus dan rindu akan Allah bergeser menjadi rasa haus akan nikmat dari Allah.
Akhirnya, didalam kegairahan mencari nikmat Allah, ia kehilangan apa yang paling penting, yakni KEINTIMAN dengan Allah itu sendiri.
Kesibukannya dalam urusan mencari nikmat dari Allah justru membuatnya menjauh dari Allah.
Ia lupa bahwa tanpa "kunci" itu, yakni keintiman dengan Allah, semua nikmat itu hanyalah fatamorgana.
Ketika ia kehilangan apa yang sejatinya paling berarti bagi dirinya yakni hubungannya dengan Allah, maka apa yang dianggapnya paling berarti berupa nikmat dari Allah ternyata hanya debu.
"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak) Sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
By. Satria hadi lubis
- Ust. Satria Hadi Lubis
- shl
- Bagikan :