• Agenda berikutnya :
  • 00hari
  • 00Jam
  • 00menit
  • 00Detik

Dari Perang Fisik Menjadi Perang Pemikiran

02 May 23

Dari Perang Fisik Menjadi Perang Pemikiran

By. Satria hadi lubis

Dulu para pendahulu kita berjihad dengan berperang melintas lembah dan gunung, menaklukan orang-orang yang ingkar kepada Allah.

Kini medan jihad kita berbeda. Bukan lagi berperang secara fisik (kecuali di negara tertentu), tapi "berperang" secara pola pikir (ghozwul fikri). Ghozwul fikri inilah yang membuat kaum muslimin menjadi bodoh dan minder terhadap agamanya.

Setiap muslim harus memahami berbagai bentuk ghazwul fikri dan bahayanya dalam kehidupan. Kita tidak boleh terpedaya dan tertipu dengan upaya-upaya pihak tertentu yang dapat merusak fikroh Islamiyah yang kita miliki menjadi fikrah jahiliyah.

Perang pemikiran (ghozwul fikri) sangat berbeda dengan perang secara fisik. Daya rusaknya tidak kalah bahkan lebih besar daripada perang fisik. Namun, karena banyak kaum muslimin yang tak menyadari adanya perang pemikiran (ghazwul fikri) di tengah-tengah mereka, maka mereka terlena dan tanpa terasa telah bobol "benteng-benteng" pemikirannya bahkan yang paling berbahaya sampai merusak "benteng" akidahnya.

Berbagai sarana telah digunakan oleh musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum muslimin secara halus dan perlahan. Mereka menggunakan media massa dan media sosial untuk membentuk mind set masyarakat agar terbentuk opini bahwa zaman telah berubah dan terus berkembang, sehingga sudah tidak tepat lagi jika agama dijadikan pijakan dalam kehidupan bermasyarakat.

Mereka gaungkan nilai-nilai sekularisme, liberalisme, feminisme, atheisme, dan isme-isme lainnyan yang terlihat lebih modern, baik di bidang pendidikan, pergaulan, pekerjaan, bahkan di bidang perundang-undangan.

Untuk itu marilah kita simak ayat-ayat berikut :

"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya" (Qs. 61 ayat 32).

"...Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka mampu. Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs. 2 ayat 217).

Kewaspadaan terhadap ghozwul fikri harus selalu dilakukan oleh kaum muslimin, terutama oleh para da'i dan ulamanya, sehingga ajaran Islam tidak tercerabut dari akar-akarnya yang asli (asholah) sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.

Allah SWT memberitahukan kepada kita bagaimana cara menghadapi ghozwul fikri :

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kalian dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (Qs. 8 ayat 45 dan 46).

Caranya adalah dengan meneguhkan hati, memperbanyak zikir (mendekatkan diri kepada Allah), dan jangan berselisih di antara sesama muslim serta bersabar.

Semoga kita tidak terpengaruh oleh berbagai ghozwul fikri yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam, sehingga kita tetap berada dalam ke-Islaman yang benar dan asli.

Tentang : Ust. Satria Hadi Lubis

Drs. H. Satria Hadi Lubis,.MM.MBA adalah penceramah, trainer dan penulis yang berfokus pada bidang life skills, ketahanan keluarga dan dakwah. Tulisannya tersebar di berbagai media sosial, di antaranya sudah dibukukan dalam 17 buah buku. Beberapa judul bukunya : Breaking The Time, Burn Your Self, Menjadi Murobbi Sukses dan Menggairahkan Perjalanan Halaqoh.

Satria Hadi Lubis telah berbicara di berbagai tempat dan organisasi dengan lebih dari 25.000 jam untuk membangkitkan motivasi hidup, meningkatkan harmonisasi keluarga dan produktivitas dakwah. Pernah juga muncul di LA TV (sekarang TV ONE) sebagai pengasuh dan pengisi acara tetap kuliah subuh.

Beliau juga pernah dua kali mengikuti pendidikan S3 walau tidak sampai lulus. Dan saat ini menjadi dosen di PKN STAN semenjak tahun 1998.

Sekarang ini beliau dikarunia 8 orang anak (4 putra, 4 putri) dan seorang istri bernama, Kingkin Anida. Tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Satria Hadi Lubis dapat dihubungi di nomor HP : 0813-16444034. Fb : Satria Hadi Lubis.

Komentar