Kesempatan Terakhir
By. Satria hadi lubis
SETIAP bertambahnya usia kita, maka jatah umur kita berkurang. Kesempatan kita untuk memperbaiki diri juga semakin berkurang hingga yang ada tinggal kesempatan terakhir.
Orang-orang cerdas akan menggunakan setiap waktu yang tersisa sebagai kesempatan terakhir dalam hidupnya. Kalau tidak, ia akan menyesal dengan penyesalan yang mendalam.
"Dan pada hari itu neraka Jahannam didatangkan; pada hari itu sadarlah manusia tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini” (Qs. 89 ayat 23-24).
Meyakini hanya ada kesempatan terakhir dalam hidup juga membuat kita lebih sungguh-sungguh memperbaiki diri; lebih serius untuk bertaubat, menambah amal sholih dan menguatkan keikhlasan kepada Allah SWT.
Persis seperti perlombaan, seharusnya semakin mendekati garis finish kita semakin bersungguh-sungguh mengerahkan segenap daya upaya untuk menang (meraih husnul khotimah).
Tak peduli betapa buruknya masa lalu, yang penting adalah di saat ini kita menggunakan waktu yang tersisa sebagai kesempatan terakhir.
Al-Imam Ibnu Al-Jauziy berkata:
"Seekor kuda balap jika sudah mendekati garis finish ia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan, maka jangan sampai kita kalah cerdas dengan kuda!
Sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya, jika pahit dalam permulaan semoga perpisahan nanti bisa berujung manis.
Imam Ibnu Taimiyyah berkata:
"Yang akan diperhitungkan adalah kesempurnaan akhir dari sebuah amal, bukan buruknya permulaan."
Imam Hasan Al-Bashriy berkata:
"Perbaiki apa yang tersisa padamu niscaya Allah akan mengampuni atas apa yang telah berlalu, maka manfaatkan sebaik-baiknya waktu yang tersisa, kita tidak tahu kapan rahmat Allah (kematian) akan datang menghampiri."
- Ust. Satria Hadi Lubis
- satria hadi lubis
- Bagikan :
Komentar